Ibu Oemy dan dr Meniek

Oleh: Rizal Effendi

606

BALIKPAPAN kehilangan dua tokoh wanita yang sangat berjasa. Yaitu Ibu Oemy Pacessly B, SH, M.Si mantan kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Balikpapan dan dr Suryani Trismiasih, Sp.PK, kepala Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB), yang juga menjabat kepala Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Kota Balikpapan.

Saya mendengar kabar Ibu Oemy meninggal dunia dari WA yang dikirim Ibu Eeng, beberapa menit setelah dia mendapat kabar dari Malang, Minggu (28/1) malam. “Innaalillaahi wainna ilayhi raaji’uun, Bunda Oemy tadi meninggal dunia di Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang, pukul 21.23 WIB,” begitu pesan yang disampaikan kepada saya.

Ibu Oemy sudah lama menderita sakit. Dia mendapat serangan stroke, sehingga kondisi kesehatannya perlu penanganan serius. Belakangan dia pindah ke Malang, sampai akhirnya  meninggal dunia dalam usia 63 tahun. Jenazah Ibu Oemy dimakamkan  dalam suasana haru dihadiri anak cucunya dan keluarga terdekat.

Bagi Bu Eeng, yang dikenal sebagai pelaku UMKM kuliner tak bisa melupakan jasa Ibu Oemy. “Saya kehilangan mentor juga sahabat yang sangat istimewa. Selamat jalan, Ibu Oemy,” katanya penuh kesedihan.

bu Oemy bersama Bunda Arita dan Christian dalam seminar pemuda.

Pada peringatan HUT ke-123 Kota Balikpapan, 10 Februari 2020, sebagai wali kota saya sempat memberikan penghargaan kepada Ibu Oemy dan Ibu Eeng. Kedua-duanya termasuk tokoh yang sangat berjasa bagi Balikpapan di bidang kepariwisataan.

“Beliau orang baik, dan sangat berjasa bagi Balikpapan. Ibu Oemy tidak sekadar pejabat, tetapi juga seniman yang penuh kreativitas. Banyak tarian kolosal dan karya budaya bernuansa daerah yang dia ciptakan. Selamat jalan, Ibu Oemy, insyallah husnul khotimah,” kata Bunda Arita, istri saya mengenang.

Selain kepala Disporapar, sebelumnya dia juga pernah menjadi kabag Humas, sekretaris Bapedalda, kepala Badan Kepegawaian Daerah serta  kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda). Setelah 29 tahun mengabdi sebagai PNS dia memasuki masa pensiun.

Jabatan terlama yang diembannya memang kepala Disporapar selama 5 tahun (2014-2019). Tapi sebelumnya ketika Disporapar masih berstatus sebagai kantor, yaitu Kantor Pariwisata, Ibu Oemy sudah bertugas di sana selama 5 tahun juga (2004-2009).

Dr Meniek (ketiga dari kanan) di Unit Transfusi Darah PMI Balikpapan.

Saya dan Bunda Arita cukup akrab dengan Ibu Oemy. Dalam acara HUT Kota, dia banyak memecahkan rekor dalam pertunjukan tarian masal. “Beliau spesialis rekor MURI,” kata Christian Frisky Natanae, anak muda yang banyak dibinanya.

Founder Markplus Inc, Hermawan Kartajaya sempat memberikan penghargaan kepada Ibu Oemy dalam acara Marketeers of The Year Balikpapan 2016 sebagai Marketing Champion 2016 kategori Pemerintahan.  “Dia banyak menginisiasi pemecahan rekor MURI, memperkenalkan majalah wisata Discover Balikpapan sampai ke luar negeri dan mendorong event organizer daerah berkembang,” kata Hermawan memujinya.

Meski dia dilahirkan di Bogor, Ibu Oemy  sudah seperti orang Kaltim. Banyak tarian yang diciptakannya  berwarna Kaltim. Termasuk Tarian Eksotika Borneo, yang banyak mendapat perhatian dan bahan penelitian mahasiswa seni tari. Dia juga mempunyai suara bagus dan sering diminta membawa acara atau mengisi suara untuk suatu pertunjukan.

MANASIK HAJI

Berita berpulangnya dr Meniek, panggilan akrab dr Suryani ketika saya berjumpa Ketua PMI Ambo Aja saat sama-sama ikut senam pagi, Minggu. “Kita lagi berduka dan sangat kehilangan setelah menerima kabar dr Meniek meninggal dunia,” katanya.

Menurut Ambo, dr Meniek lagi “pulang” ke Makassar. Suaminya AKBP dr Imam Fatkhurrohman, Sp.PD bertugas di RS Bhayangkari Makassar. Selain itu dia lagi mengikuti manasik haji. Kabarnya waktu manasik itu dia mengalami gangguan kesehatan. Meski sempat dilarikan ke rumah sakit, Allah berkehendak lain. Dia mengembuskan napas terakhir, Sabtu (27/1) malam pukul 21.30 WIT dalam usia 54 tahun.

Jenazahnya diterbangkan ke Jogyakarta. Lalu dimakamkan di pemakaman Husnul Khotimah, Kulon Progo, Minggu (28/1). Kebetulan ketiga anaknya juga tinggal di Jawa. Salah satunya di Jogya. “Kita semua berduka dan saya sempat melayat,” kata drg Dyah Muryani, mantan ketua PMI Balikpapan yang ikut mengantarkan jenazahnya di Jogyakarta.

Ketiga anak dr Suryani memasang batu nisan di pusara sang ibu.

Hal yang sama juga disampaikan Direktur RSPB dr MN Khairuddin, Sp.B, MPH. “Kami di RSPB sangat bersedih dan sangat kehilangan beliau,” ucapnya, yang juga sempat ikut mengangkat peti jenazah almarhumah sebelum dimakamkan.

Saya sering berkomunikasi dengan dr Meniek terutama dalam urusan stok darah di PMI. Sebab, kebutuhan darah itu berkaitan dengan nyawa manusia. Biasanya dibutuhkan darah berkaitan dengan ibu melahirkan, kecelakaan atau operasi yang berat.

Stok darah ada kecenderungan menurun di bulan Ramadan. Maklum orang lagi berpuasa. Sehingga PMI bekerjasama dengan pengurus masjid membuka kegiatan donoh darah di halaman masjid sepulang jamaah salat tarawih. Juga mengajak pendonor dari prajurit TNI dan kepolisian.

Sewaktu Covid 19 tempo hari, stok darah juga bermasalah. Banyak pendonor tak berani menyumbangkan darahnya takut tertular Covid. Begitu juga warga yang membutuhkan darah. Meski PMI menjamin pelaksanaan donor sangat hati-hati dan aman dari penularan Covid.

Dr Meniek juga cukup sibuk karena meningkatnya  kebutuhan darah plasma konvalesen untuk pengobatan Covid. Terapi plasma konvalesen diakui salah satu cara atau terapi dengan menggunakan plasma orang yang sudah sembuh diberikan kepada orang yang sedang menderita.

Dr Suryani (tengah), Direktur RSPB dr Khairuddin (kedua dari kanan) bersama staf RSPB lainnya.

Selain di RSPB dan PMI, dr Meniek juga bertugas di Klinik dan Lab Khatulistiwa. Dia spesialis patologi. Itu ilmu yang mempelajari penyakit dan bagaimana suatu penyakit terjadi. Dalam dunia medis, patologi berperan untuk membantu dokter mendiagnosis berbagai penyakit.

Wanita yang suka gowes dan bernyanyi ini, awalnya bercita-cita jadi arsitek. Tapi dari hasil jalur penelusuran minat dan kemampuan (PMDK) justru dia diterima menjadi mahasiswa kedokteran. Akrab dengan urusan darah, justru dia mendapat cobaan. Anak bungsunya menderita leukemia dan meninggal.

Leukemia adalah penyakit kanker jaringan pembentuk darah, yang menghambat kemampuan tubuh melawan infeksi. Dari pengalaman itu, dr Meniek jadi bersemangat menjadi ahli patologi yang andal untuk menolong orang lain.

Selamat jalan Ibu Oemy dan dr Meniek. Insyallah Tuhan memberi tempat yang terbaik untuk ibu berdua. Menyambut HUT ke-127 Kota Balikpapan sebaiknya Pemkot memberikan penghargaan khusus kepada kedua wanita perkasa itu.(*)

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.