Isran “Dirasuk” Tari Belian
Catatan Rizal Effendi
Dia baru dari Jakarta. Terbang ke Ibu Kota setelah roadshow sehari penuh di Balikpapan, Selasa (25/6) lalu. “Alhamdulillah, aman saja dukungan partai,” katanya tersenyum.
Ketua Umum Perpedayak, Areston Davano didampingi ketua panitia Saderiansyah mengaku sangat surprise Isran Noor (IN) bisa datang. “Beliau pemimpin hebat dan mau memperhatikan kegiatan warganya. Tadinya kami mengira beliau tak bisa hadir,” kata mereka.
Sehari sebelumnya saya bersama Ketua BMI Arief Setyo Nugroho menghubungi IN lewat WA. Alhamduillah langsung mendapat jawaban. “Siap Pak Wali, besok pagi saya take off dari Jakarta ke Balikpapan pagi. Insyaallah bisa hadir,” katanya.
Isran selama ini memanggil saya Pak Wali, wali Kota Balikpapan maksudnya. “Yang ada sekarang adalah penggantinya,” katanya begitu sembari setengah bercanda.
Sesuai dengan jadwal acara dibuka pukul 14.00. Isran datang tepat waktu. Dia termasuk pejabat yang tidak mengenal budaya jam karet. Hebatnya kalau tamu dan undangan belum datang, dia siap menunggu. Dan tidak marah. Isran mengajarkan kepada kita agar disiplin waktu, karena waktu itu sangat berharga. Kata orang: Time is money.
Isran memuji panitia meramu acara cukup menarik. Sambutannya tak banyak. Justru yang banyak adalah penampilan seni budaya Dayak, terutama tari dan musik, yang dikemas juga dengan acara pengobatan alternatif.
Eda Steven Lalung, yang dikenal sebagai ahli pengobatan tradisional didatangkan untuk melakukan pengobatan alternatif beserta pijat tradisional khas Dayak. Saya sempat diberi sebotol minyak urut asli Dayak Maanyan. Minyak itu diberi nama oleh Eda Steven, “Bangkirayen.”
Eda Steven Lalung memang dikenal sebagai Panglima Bangkirayen. Penampilannya seperti itu. Tergantung di lehernya sejumlah tulang dan taring binatang khas Kalimantan. Dia sempat viral ketika membela pengobatan alternatif yang dilakukan Ida Dayak. Waktu itu pengobatan alternatif Ida Dayak agak disinggung oleh Pesulap Merah alias Marcel Radhival.
Dua tari Dayak yang ditampilkan di acara HUT ke-3 Perpedayak membuat Isran menyimak dengan semangat. Bahkan sesekali dia memvideokan langsung melalui HP-nya. “Sangat menarik dan atraktif,” katanya menilai.
Tarian yang dipuji Isran adalah tarian Belian Bawo yang dipadu dengan Belian Dadas. Ternyata penari dan pemusiknya dari Sanggar Tari Belian “Ranu Mareh” dari Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah. “Ranu Merah adalah bahasa Dayak, yang artinya seperti air yang mengalir terus,“ tutur ketuanya, Kutus.
Tari belian juga disebut tarian gelang. Ada tari gelang dadas, ada juga tari gelang bawo. Karena penarinya memakai sejumlah gelang di kedua tangannya. Ketika tangannya digerakkan, maka seketika terdengar gemerincing gelang-gelangnya itu.
Tari gelang dadas adalah tarian asli suku Dayak Maanyan, Kalimantan Tengah untuk meminta kesembuhan kepada Tuhan bagi warga yang sakit. Tarian ini juga berkembang di suku Dayak Meratus, Dayak Dusun, dan Dayak Benuaq.
Di ujung tarian dengan ritme musik yang meningkat, para penari “uji kekebalan tubuh.” Ini yang sangat menegangkan dan penuh kekuatan magis. Saya tak menyangka penari putri juga bisa melakukannya tanpa rasa takut.
Para penari berguling-guling di atas tumpukan batang pohon salak yang penuh duri. Tak seorang pun yang tertusuk dan luka-luka. Para penari terkesan kemasukan ruh dan baru sadar setelah disapu dedaunan yang ada di tangan Kutus dibantu Eda Steven Lalung.
Selain tarian belian yang penuh makna itu, panitia juga menampilkan tarian mandau yang dibawakan tiga penari cantik dari sanggar tari Kumdatus Balikpapan. Juga atraktif dalam memainkan senjata khas suku Dayak. Di puncaknya, salah seorang penari mendirikan mandau di atas lidahnya.
Isran sangat puas menyaksikan dua tarian yang sangat sakral itu. Bahkan dia sempat ikut menari belian. “Nanti saya gelar festival tari tradisional Kalimantan, yang bisa memikat para wisatawan,” katanya bersemangat.
DEKLARASI DUKUNG ISRAN
Isran mengaku sangat terhormat diminta membuka Kongres I dan HUT ke-3 Perpedayak Indonesia. “Kan saya bukan gubernur lagi. Tapi saya berterima kasih diberi kehormatan ini,” katanya penuh apresiasi.
Tokoh kelahiran Sangkulirang, Kabupaten Kutai Timur ini kaget karena Ketua Umum Perpedayak Indonesia, Provinsi Kaltim, Areston Dayano membuat deklarasi bersama semua pengurus di 10 kabupaten/kota.
Isi deklarasi itu adalah menyatakan semua pengurus dan anggota Peperdayak Indonesia memberikan dukungan penuh kepada pasangan Isran-Hadi untuk kembali menjadi gubernur dan wakil gubernur Kalimantan Timur masa bakti 2024-2029.
Menurut Areston, organisasinya bulat mendukung Isran. Dia menilai Isran telah berhasil membangun Kaltim. Berkat Isran pula Presiden Jokowi akhirnya memutuskan lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN) berada di Kaltim, tepatnya di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU).
Semua yang hadir langsung memberi aplaus ketika deklarasi Perpedayak diucapkan oleh semua pengurus. Pengucapan deklarasi dipimpin langsung oleh sang ketua, Areston.
Isran sendiri menyatakan terima kasih atas dukungan yang tulus dari Perpedayak. “Saya datang ke sini bukan kampanye, karena kampanye kan ada jadwalnya dari KPU. Saya hanya mengajak kepada warga untuk memberikan pilihan,” katanya tersenyum.
Isran juga mengajak pemuda Dayak bersatu dan kompak dalam menyongsong kehadiran IKN di wilayah Kaltim. “Tingkatkan kualitas SDM kita, supaya kita mampu bersaing menyambut Indonesia Emas 2045,” begitu imbaunya.
Seperti di berbagai acara dihadirinya, Isran tak bisa langsung pulang. Dia sabar melayani permintaan foto bersama atau foto selfie. Itu juga terjadi di acara Perpedayak. Para penari dan sejumlah tokoh minta foto bersama Isran.
Saya dan Isran sempat foro bersama dengan Panglima Bangkirayen. Penuh kegembiraan dan perasaan terhormat. Isran sempat mengucap: “Adil Katalino, Bacuramin Kasaruga, Basengat Kajubata.” Ini ucapan yang maknanya sangat dalam. Seorang pemimpin harus bersikap adil pada sesama umat manusia, berpandangan hidup dan berkata seperti di surga. Harus, harus, harus…(*)