(Amanah Ummat.Com) Mungkin ada yang bertanya, ada orang yang rajin shalat, tapi mengapa shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, mulutnya masih saja ceriwis kesana ke mari, telpon sana telpon ke sini, sms-an ke sana kemari, bbm-an ke sana kemari, atau juga menggunakan FB, Twitter dan media social lainnya, hanya untuk menggunjingkan orang.
Orang ini berarti tidak merasakan manfaatnya shalat dalam kehidupannya, dia tidak merasakan kenikmatan dari shalat yang dilakukannya, maka besar kemungkinan shalatnya belum diterima oleh Allah SWT, hal ini di sabdakan oleh Rosulullah SAW:
” Pada hari kiamat nanti ada orang yang membawa shalatnya kepada Allah SWT. Kemudian dia mempersembahkan shalatnya kepada Allah SWT. Lalu shalatnya dilipat-lipat seperti dilipatnya pakaian yang kumal, kemudian dibantingkan ke wajahnya. Allah tidak menerima shalatnya “
close
Banyak sekali orang yang shalat dan shalatnya akan dibantingkan ke wajahnya, ditolak oleh Allah. Bahkan ada yang yang celaka dengan shalatnya. Seperti yang terdapat dalam firman Allah swt dalam surat Al Ma’un 4-5: ” Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang melalaikan shalatnya “.
Nah orang-orang yang shalat saja masih bisa celaka, apa lagi yang tidak sholat, bahkan ketika Isra Mi’Raj Nabi bertemu dengan kaum yang dipecahkan kepalanya sampai hancur, siapakah mereka? Lalu apa tanda-tanda shalat yang diterima Allah SWT? Jawabanya diberikan oleh Allah dalam hadist Qudsi .
Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku hanya akan menerima shalat orang-orang yang merendahkan dirinya-karena kebesaran-Ku, menahan dirinya dari hawa napsu karena Aku, yang mengisi sebagian waktu siangnya untuk berdzikir kepada-Ku, yang melazimkan hatinya untuk takut kepada-Ku, yang tidak sombong terhadap makhluk-Ku, yang memberi makan pada orang yang lapar, yang memberi pakaian pada orang yang telanjang, yang menyayangi orang yang terkena musibah, yang memberikan perlindungan kepada orang yang terasing. Kelak cahaya orang itu akan bersinar seperti cahaya matahari. Aku akan berikan cahaya ketika dia kegelapan. Aku akan berikan ilmu ketika dia tidak tahu. Aku akan lindungi dia dengan kebesaran-Ku. Aku akan suruh Malaikat menjaganya. Kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan segera menjawabnya. Kalau dia meminta kepada-Ku, Aku akan segera memenuhi permintaannya. Perumpaannya dihadapan-Ku seperti perumpamaan syurga Firdaus”.
Dari hadist qudsi yang cukup panjang di atas di atas, dapat kita ketahui bahwa tanda orang yang shalatnya diterima :
Pertama, merendah diri. Para ulama mengatakan : “Kalau kita sudah berdiri di atas sajadah, sudah mengangkat tangan untuk takbir, ketahuilah bahwa kita sudah meninggalkan dunia ini, sudah meninggalkan Moskow atau Jakarta, sudah meninggalkan planet bumi ini, sudah Mi’raj menghadap Allah SWT. Seperti Rosulullah saw, kita sudah berada di Sidratul Muntaha”
Pada suatu hari orang melihat Imam Ali Zainal Abidin sedang berwudhu dan wajahnya berubah menjadi wajah yang pucat pasi. Tubuhnya gemetar. Ketika ditanya ” Wahai Imam. apa yang terjadi?” Imam Ali Zainal Abidin menjawab: ” Engkau tidak mengetahui di hadapan siapa sebentar lagi aku berdiri”.
Ketika berwudhu Imam Ali Zainal Abidin menyadari sebentar lagi beliau akan berdiri dihadapan Robbul Alamin, Penguasa alam semesta ini. Karena itu, pada waktu wudhunya saja beliau sudah gemeteran, sudah ketakutan., karena sebentar lagi mengahadap Allah.
Kedua, menahan napsu. Orang yang diterima shalatnya oleh Allah mampu mengendalikan hawa napsunya. Pada hari kiamat nanti, Sabda Rosulullah: “ Ada orang yang diistimewakan Allah, dilindungi khusus sebagai orang-orang penting pada hari kiamat. Salah satunya adalah orang yang diajak kencan oleh seorang perempuan yang cantik, yang mempunyai pangkat yang tinggi, tapi dia menolaknya, seraya berkata,” Aku takut kepada Allah SWT ” Itulah contoh orang yang mampu mengendalikan hawa napsunya.
Ketiga, banyak berdzikir. Tanda ketiga orang yang shalat diterima Allah SWT adalah banyak berdzikir. Dalam Al Qur’an kita selain diperintahkan untuk banyak melakukan amal sholeh, disuruh juga untuk beramal dengan sebaik-baiknya, hal ini difirmankan Allah yang artinya : “Allah akan menguji kamu siapa yang paling baik amalannya “.
Jadi Allah akan menguji manusia, siapa yang paling baik amalannya (hasanu amalan) dan bukan yang paling banyak amalannya (aksaru amalan). Lebih bagus lagi, manusia itu banyak amalnya dan baik amalannya.
Keempat, solideritas sosial pada sesama. Tanda yang lain dari orang yang shalatnya diterima adalah suka berderma dengan memberikan makanan kepada orang yang lapar atau memberikan pakaian pada orang yang tak punya, dia menyayangi orang yang terkena musibah dan memberikan perlindungan kepada orang yang terasing. Disinilah realisasi orang yang shalatnya diterima dan bila dikaitkan dengan negara kita yang sedang krisis, solideritas sosial dari yang mampu kepada yang tak punya sangat diperlukan.
Bila hal tersebut di atas sudah dilakukan, maka dari wajah orang yang shalatnya diterima akan memancarkan cahaya yang bersinar, cahaya yang menerangi kegelapan dan Allah akan memberikan ilmu pada saat dia tidak tahu.
Dalam hadist yang lain Rosulullah SAW menyebutkan bahwa salah satu cara mendekatikan diri kepada Allah SWT ialah bersipat dermawan dan senang membantu orang lain, terutama pada orang yang sedang kesulitan. Rosulullah bersabda : ” Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia dan dekat dengan syurga, sedangkan orang yang bakhil atau pelit, jauh dari Allah, jauh dari manusia dan dekat dengan neraka”
Orang Dermawan insya Allah akan menemukan kenikmatan di dalam shalatnya, dia akan memperoleh kenikmatan didalam shalatnya, karena dia dijaga oleh para Malaikat, diberi cahaya dalam kegelapan dan diberi ilmu secara langsung oleh Allah SWT masuk kedalam hati sanubarinya.
Pada saat peperangan di Jaman Rosulullah banyak morang yang Yahudi yang dihukum mati. Ketika seorang tawanan mau dihukum mati, tiba-tiba malaikat Jibril datang memberi tahu Rosulullah, supaya orang Yahudi itu dibebaskan. Diberitahukan bahwa orang Yahudi yang satu ini suka memberikan makanan, manjamu tamu dan suka menolong fakir miskin. Katika Rosulullah datang memberitahukan kepada orang Yahudi itu bahwa dia dibebaskan.
Dia( Orang Yahudi) bertanya : “Mengapa?”
Nabi menjawab ” Allah baru saja memberitahukan padaku bahwa kamu suka membantu orang miskin, suka menjamu tamu dan suka memikul beban orang lain” Orang yahudi itu bertanya kembali ” Apakah Tuhanmu menyukai perilaku itu ?”
Nabi manjawab:” Betul, Tuhanku menyukai hal itu”
Waktu itu juga orang Yahudi itu memeluk Islam. Dia memeluk Islam karena sifat kedermawanannya dicintai Allah SWT.
Orang yang suka memberikan pertolongan, tidak mempersulit orang lain, tidak menahan hak orang lain dan memudahkan urusan orang lain, Insya Allah akan memperoleh kenikmatan dalam shalat, dan orang yang merasakan kenikmatan dalam shalat adalah salah tanda bahwa shalatnya diterima.
Dan orang yang shalatnya diterima Allah niscaya Allah menyintainya dan orang dicintai Allah akan terbukalah baginya segala pintu langit dan bumi, terbukalah segala macam dinding penghalang, terbukalah segala macam selubung kegelapan yang melanda jiwanya.
Nur Allah masuk kedalam hatinya, cahaya Allah masuk kedalam jiwanya, dan terbentuklah jiwa yang mut’mainnah, jiwa yang tenang, jiwa yang ridho dan diridhoi olehNya. Jiwa yang semacam ini tidak takut pada segala macam krisis yang melanda, tidak takut kehilangan jabatan yang fana, tidak takut pada kedudukan yang nestapa, tidak takut kekacauan duniawi, tidak takut hinaan, cacian, makian, ujian, cobaan dan sebagainya, yang dia takuti cuma Allah, Allah dan Allah.
Bila dihati orang yang shalatnya diterima hanya semata-semata Allah,maka tak ada lagi kesempatan untuk membenci, mengunjingkan, iri, dengki dan hasud pada orang lain, bahkan memusuhi setanpun dia tak sempat! Seperti yang dikatakan oleh wanita sufi Rabi’ah Al Adiwiyah : ” Hatiku sudah penuh dengan Allah, tak ada tempat lagi untuk memusuhi setan!”
Orang yang merasakan nikmatnya shalat, tidak akan memusuhi, membenci dan mengutuk siapapun, karena dia bukan pencipta dan pemberi rejeki kepada siapapun. Dia tidak sekali kali meremehkan seseorang, karena dia mengetahui banyak kekasih Allah berasal dari orang yang dianggap hina dina.
Orang yang merasakan nikmatnya shalat, bila dia punya jabatan, jabatannya akan dipergunakan untuk mendekati Allah, diajak bawahannya untuk mengabdi kepada Allah, karena dia mengetahui jabatan itupun sebenarnya bukan miliknya, tapi amanat Allah yang dititipkan kepadanya. Yang nantinya dimintai pertanggung jawaban dihadapan Illahi Robbi.
Makanya ketika Umar Bin Khattab dipilih menjabat khalifah, dia tidak menyebut ” Alhamdulillah” tapi ” Astagfirullah” dia mohon ampun kepada Allah, mengapa? karena yang terbayang dimatanya- bukan kursi empuk dengan berbagai macam fasilitas yang diterimanya, tapi amanat Allah, tanggung jawab kepada Allah itulah yang terbayang dalam pikiranya, bisakah dia mengemban amanat yang dipikulkan kepadanya? Bisakah dia berlaku adil kepada bawahannya?
Bila tidak, nerakalah tempatnya dan pemimpin yang tidak adil, termasuk orang yang tidak dilihat oleh Allah di akherat nanti, dan tidak mendapat ampunan Allah. Orang-orang yang diperlakukan tidak adil akan mengadukan hal tersebut kepada Allah dan Allah akan menjawabnya!
Inilah yang ditakutkan oleh Umar bin Khatab sebagai pemimpin, bandingkan dengan pejabat-pejabat sekarang, jauh sekali bedanya! Umar bin khattab adalah salah satu contoh orang yang sudah merasakan nikmatnya shalat, bahkan dalam shalatpun dia suka menangis, menangisi segala dosa-dosa yang pernah dilakukannya.
Sebelum mengakhiri kajian singkat ini, mari kita bertanya pada diri kita sendiri, sudahkan kita shalat dengan benar? Sudahkah sujud kita, rukuk kita, tuma’ninah kita benar? Mari kita sempurnakan shalat kita dengan sebenar-benarnya, sehingga shalat kita menjadi khusu’, insya Allah shalat yang penuh dengan kekhusu’an dan keikhlasan akan diterima oleh Allah SWT. Amin.
Dan bagi yang belum juga terpanggil hatinya untuk melakukan shalat, saya mengajak dan segala kerendahan hati, marilah shalat, marilah mencapai kemenangan, hayya alashalat, hayya alal falah. Mau kapan lagi? Usia semakin tua, umur semakin berkurang, apa yang engkau cari wahai saudaraku? Masih tidak cukupkah rejeki yang engkau terima dari Allah? Tidak cukupkah gaji yang engkau terima? Mengapa engkau lupakan Allah?
Padahal Allah telah begitu banyak memberi padamu dan Dia tidak mengaharapkan apa-apa darimu, lalu mengapa engkau berpaling wahai saudaraku? Kalau pakai bahasa Nabi, Ummati….ummati….ummati, ummatku… ummatku… ummatku. Shalat …..Shalat …..shalat! (E Muslim)