Dari Banjarmasin ke Samarinda Niat mencari pengobatan, pulang malah tinggal jazad
SAMARINDA Amanah ummat.Com-: Memburu pengobatan alternatif ibu Ida Dayak yang informasinya akan melayani pengobatan di Samarinda membuat Jumriansyah (50) ditemani anaknya Muhammad Husin (18) dalam kondisi sakit berjuang menempuh jarak lebih dari 600 km dari Desa Pemurus Dalam kecamatan Banjarmasin Selatan naik motor Yamaha ‘butut’ menuju kota Samarinda.
“Kami berangkat satu Minggu lalu pak, dari Banjar niat membawa bapak berobat. Bapak Sakit patah kaki karena kecelakaan saat bonceng motor dengan saya sekitar tiga bulan lalu,” ucap Husin putra dari Jumriansyah saat ditemui di Rumah Sakit IA Moeis Samarinda, Kamis 25 Mei 2023.
Berangkat dari Banjarmasin seperti dituturkan Husin berbekal seadanya yang penting bisa makan dan beli bensin. “Kami berangkat dari Banjar manakala kami capek kami istirahat di Masjid. Setelah seger kami jalan lagi. Sampai Samarinda kalau tidak salah hari Sabtu. Selama di Samarinda Kami nginap keliling dari masjid ke masjid mencari informasi dimana ibu Ida Dayak melayani pengobatan,” ucapnya.
Sudah hampir tiga hari Jumriansyah dan Husin keliling Samarinda, namun tidak mendapatkan kejelasan informasi dimana ada pengobatan ibu Ida Dayak, akhirnya di putuskan untuk kembali ke Banjarmasin. Namun sampai di masjid Al Amin jalan Soekarno – Hatta km 23 Batuah, kesehatan Jumriansyah semakin memburuk sehingga tidak sanggup membonceng motor lagi.
“Bapak tampak kelelahan dan sakitnya tambah parah, jadi kami menginap di masjid warna hijau untuk istirahat. Dua hari kami disana tapi tambah sesak nafas bapak. Alhamdulillah ditolong warga,” cerita Husin.
Bustan, ketua Relawan Siaga Batuah (RSB) mendapat informasi ada musafir yang menginap di masjid sudah dua hari sakit akhirnya didatangi. “Pas kami datangi Rabu siang (24/5) kondisinya sesak nafas, sehingga harus dibawa ke rumah sakit. Jadi kami putuskan untuk pak Jumriansyah kami bawa ke rumah sakit beserta anaknya untuk menemani. Karena sudah dua hari ada di masjid ini kondisi sakit,” jelas Bustan.
Sementar untuk motor yang tadinya parkir di halaman masjid diamankan di rumah ketua RSB, “khawatir jika di masjid terjadi sesuatu akhirnya kami bawa motornya ke rumah saya. Kalau ada keluarganya yang mencari motor bisa langsung hubungi saya,” jelas Bustan.
Jumriansyah dibawa ke rumah sakit hari Rabu, 24 Mei 2023 sekitar pukul 13.48 wita, dengan menggunakan tongkat karena patah kaki dengan perlahan dipapah petugas kepolisian bersama Husin menuruni tangga masjid menuju ambulance.
Tak sampai satu jam menggunakan ambulans RSB sudah tiba di rumah sakit umum daerah (RSUD) IA Moeis Samarinda Seberang. Karena kondisi lemah langsung ditangani pihak UGD. “Malamnya sekitar pukul 20.00 mendapat informasi masuk ICU pasien yang saya bawa ke IA Moeis tadi,” tutur Bustan.
Mendengar adanya informasi warga Banjarmasin yang terlantar dan Sakit, setelah koordinasi di group WhatsApp dengan Bustan RSB, Fakhrul Umardani dari relawan Ambulance Perindo mencari tahu ke RS IA Moeis dan ketemu Husin anak pasien yang dirawat.
“Melihat kondisi pasien sepertinya tidak memungkinkan, dilihat dari roman mukanya. Saya koordinasikan dengan Munanto dari tim ambulance PWI Kaltim Peduli yang biasa membantu warga jika dalam kesusahan, kebetulan beliau lagi diluar kota sehingga koordinasi hanya lewat telepon saja untuk mencari solusi membantu orang yang sedang kesusahan ini,” jelas Fakhrul.
Dalam koordinasi tersebut Fakhrul menyampaikan jika pasien meninggal di Samarinda dan dimakamkan di Samarinda, PWI Kaltim Peduli siap bantu untuk pemakaman. Namun jika pihak keluarga meminta untuk diantarkan ke Banjarmasin, PWI Kaltim Peduli juga siap bantu mencarikan solusi BBM untuk ambulance yang mengantarkan.
Dugaan Fakhrul Umardani tidak meleset, yang sudah makan manis getirnya menghadapi seseorang yang sakaratul maut, Kamis, 25 Mei 2023 pukul 19.58 wita dapat kabar pasien Jumriansyah telah berpulang.
Mendapat informasi tersebut Fakhrul langsung menuju ke RS IA Moeis menggunakan motor untuk mengecek kebenarannya. Dan setelah di cek benar pasien Jumriansyah telah berpulang. Dan Putranya yang mendampingi terlihat bingung karena amanah orang tuanya sebelum meninggal jika meninggal beramanah agar dimakamkan di kampung Pemurus Dalam.
Kebingungan Husin bisa dimaklumi karena untuk membawa jenazah ke Banjarmasin tentu harus punya uang banyak untuk membayar Ambulance.
Namun berkat koordinasi Fakhrul dengan pihak rumah sakit untuk penanganan jenazah Jumriansyah di rumah sakit IA Moeis dibebaskan, tinggal memikirkan bagaimana membeli BBM untuk Pengantaran ke Banjarmasin. “Alhamdulillah dibantu rekan dari PWI Kaltim Peduli akhirnya kami siap jalan membawa jenazah Jumriansyah ke Banjarmasin,” jelas Fakhrul.
Sementara itu Munanto penanggung jawab ambulance PWI Kaltim Peduli yang saat dihubungi masih di Pemalang Jawa Tengah mengatakan upaya membantu memulangkan jenazah Jumriansyah semata-mata karena kemanusiaan. “PWI Kaltim Peduli tidak punya dana untuk membantu, akhirnya membuat slide video untuk penggalangan dana pemulangan jenazah ke Banjarmasin di kalangan terbatas rekan-rekan wartawan, Alhamdulillah mendapat tanggapan positif dari rekan-rekan wartawan legend.” Jelas Munanto.
“Peran Suriansyah penyiar radio Suara Samarinda meneruskan video penggalangan dana pengantaran jenazah di group WhatsApp wartawan legend mendapatkan respon positif dari HM. Syafranuddin, Fajri Tridalaksana, Imam Santoso, dan Fajar. Dengan partisipasi dari empat orang wartawan senior untuk menutup biaya BBM pemulangan jenazah Jumriansyah sudah tercover. Alhamdulillah semoga ini menjadi amal jariyah beliau-beliau dan semoga siapapun yang terlihat pengantaran jenazah dari RSUD IA Moeis menuju ke Banjarmasin keberkahan Allah selalu tercurah atasnya,” ucap Munanto. (Ghib)