Amalan Rasululloh di Bulan Ramadhan
Bulan suci ramadhan bukan sekedar bulan puasa. Bulan kesembilan dalam hitungan kalender Islam ini lebih sebagai bulan penggodokan bagi setiap muslim. Begitulah setidaknya yuang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Selama sebulan penuh, beliau tidak hanya berpuasa tapi juga menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dan mengurangi nilai puasa di hadapan Allah swt. Yang halal ditinggalkan apalagi yang makruh. Rutinitas sehari-hari beliau pun berubah, lebih didominasi oleh aktifitas ibadah.
Selain menganjurkan agar umat Islam mengakhirkan sahur dan mensegerakan berbuka, Nabi mencontohkan begitu banyak amal kebajikan dan ibadah sunnah. Mulai dari ibadah sosial seperti memberikan makanan buka puasa bagi orang yang tidak mampu, menyibukkan diri dengan ilmu pengetahuan hingga menjauhkan diri dari kesenangan dunia.
Ibadah sunnah yang dicontohkan Nabi tidak lain dimaksudkan agar umat Islam memberikan porsi ibadah lebih banyak disepanjang bulan Ramadhan. Ini sesuai dengan hakekat hakekat Ramadhan yang tidak hanya sebagai bulan suci, tetapi juga bulan untuk mensucikan lahir dan seorang muslim.
Dari sekian banyak sunah Nabi yang dicontohkan selama bulan puasa, berikut adalah sekelumait amalan beliau yang sepatutnya dilaksanakan oleh setiap muslim selama bulan suci Ramadhan:
Memberi makan kaum dhu’afa. Ini adalah amalan utama yang tidak pernah ditinggalkan Nabi. Beliau kerap mengundang orang tidak mampu untuk berbuka puasa di rumahnya meskipun hanya dengan sebiji kurma.
Hal ini seirama dengan salah satu hikmah puasa, agar umat Islam lebih menghayati penderitaan orang miskin yang setiap hari menahan lapar dan dahaga. Setelah tahu betapa tidak enaknya menjadi orang susah, diharapkan kepedulian terhadap kaum lemah semakin meningkat. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya seperti orang yang diberinya makan, tanpa mengurangi pahala orang itu sedikitpun.” (HR. Turmudzi)
Berlapang dada dan bersedekah. Terhadap keluarga dan tetangga, Rasulullah menganjurkan umatnya agar melapangkan dada dan membuka pintu maaf seluas-luasnya. Ini penting agar hati menjadi lebih tentram dan tenang dalam beribadah.
Beliau juga terkenal sebagai orang yang dermawan dan semakin meningkatkan kualitas kedermawanannya di bulan puasa. Khususnya terhadap fakir miskin, anak yatim dan para jada tua. Hal ini berdasarkan hadits dalam kitab Ash-Shahihain.
Hikmahnya, kata DR. Wahbah al-Zuhaily, adalah untuk menentramkan hati orang-orang yang berpuasa dan beribadah dengan cara mencukupi keperluan dan kebutuhan hidup mereka.
Menahan lidah. Ini penting untuk dicermati karena dosa sering bersumber dari mulut. Entah karena dusta, menebarkan ghibah, mengadu domba ataupun karena ucapan yang (tanpa disadari empunya) menyakiti hati orang lain. Nabi mencontohkan umat Islam agar menahan lidah dan anggota badannya dari pembicaraan dan perbuatan yang berkelebihan, meskipun tidak menimbulkan dosa.
Kegembiraan menggosipkan orang dan ngobrol tanpa arah yang jelas adalah contoh yang biasa ditinggalkan Nabi. Beliau lebih memilih berdiam diri di masjid untuk berzikir dan membaca Al-Quran. Apalagi kebiasaan berbohong yang jelas-jelas menghilangkan pahala puasa.
Memperbanyak baca Alquran/Tadarus. Nabi jugu menyibukkan diri dengan membaca dan membaca. Tidak hanya Al-Quran, tetapi semua buku yang mengantung ilmu pengetahuan. Satu riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah memperbanyak bacaan Al-Quran dan mengkaji kandungannya bersama malaikat Jibril dan sahabat. Hal ini berdasarkan hadits: “Jibril menemui Nabi saw. pada setiap malam bulan Ramadhan. Dia menajak beliau untuk mengaji Al-Quran .” (HR. Muttafaqun ‘alaih – Bukhari Muslim)
I’tikaf di masjid. Terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Hal ini dianjurkan karena I’tikaf merupakan ibadah yang lebih ampih menjauhkan diri dari perbuatan terlarang. Dan dengan berri’tikaf, peluang mendapat malam Lailatul Qadar semakin besar. Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. sangat rajin beri’tikaf, terlebih bulan Ramadhan.
Umat Islam juga dianjurkan mengajak sanak keluarganya untuk ikut beri’tikaf dan memperbanyak ibadah di malam hari. ‘Aisyah ra. berkata, “Apabila Nabi saw. memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau menghidupkian malam, membangunkan keluargannya dan mengencangkan sarungnya.” (HR. Muttafaqun ‘alaih).
Menjauhkan dari kenikmatan syahwat. Meskipun tidak membatalkan puasa, Nabi menjauhkan diri dari kenikmatan dunia yang tidak perlu. Baik melalui pendengaran, penglihatan, perabaan ataupun penciuman.
Contohnya adalah mencium wewangian ataupun mengenakan minyak wangi di siang hari. Hal ini sunaf ditinggalkan karena di dalamnya terdapat hasrat mencari kesenangan yang tentunya bertentangan dengan hikmah puasa.
- Wahbah al-Zuhaily sendiri merangkum, amalan-amalan utama ketika berbuka adalah meramaikan ibadah, memperbanyak sedekah, berbuka dengan rezeki yang halal (bukan syubhat apalagi haram), memulai berbuka dengan memakan kurma atau air dan bangun pada malam hari, khususnya pada Lailatul Qadar.(Dari bertbagai sumber)