Taklim PWRI Kutim, Abdul Basith : Hati Harus Selalu Dijaga Agar Tidak Rusak

SANGATTA. AMANAHUMMAT.COM – Majelis Taklim atau pengajian yang dilaksanakan Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kutim terus berjalan sebagaimana biasanya. Hari ini, Minggu (29/1/2023) berlokasi di rumah H Suriadi Syukur, jalan Pinang Dalam RT 32 No 59, Sangatta Utara, Kutai Timur (Kutim).

Acara taklim diawali dengan pembacaan Surah Yasin yang dipimpin H Abdullah Fauzie. Kegiatan yang dipandu H Abdul Kadir itu dihadiri pengurus dan anggota PWRI serta para istri pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) tersebut serta komunitas pengajian ibu-ibu.

Taklim kali ini diisi penceramah Guru H Abdul Basith, pimpinan Majelis Taklim Al-Husna, Gang Komodo, Sangatta Utara. Pada kesempatan itu, Abdul Kadir yang juga Sebagai Ketua II PWRI Kutim berharap, taklim rutin ini diharapkan terus berjalan dan memberikan bekal serta wawasan soal kegamaan bagi para pensiunan pegawai negeri di Kutim, khususnya Sangatta.

“Karena kami ini sudah pensiun dan kurang kegiatan, diharapkan pengajian ini bisa menambah bekal untuk ‘pulang’ nanti. Selain itu juga menambah iman dan semangat beribadah setelah pensiun,” kata mantan Kepala Dinas Kesbangpol Kutim ini.

Sedangkan Guru H Abdul Basith pada kesempatan itu banyak mengupas tentang penyakit hati. Sebab, katanya, jika hati seseorang rusak atau sakit hati terus dipelihara, bisa membawa kematian khusnul khotimah. Artinya meninggal dalam keadaan yang hina.

“Jika seseorang hatinya sakit atau rusak, bisa diketahui, apabila selama 12 jam tidak ada lagi rasa duka cita saat tertinggal sholat fardunya. Ini salah satu tandanya, jika hatinya sakit,” beber Abdul Basith.

Kemudian ketika berbuat dosa, tidak pernah ada penyesalan dalam waktu 24 jam. “Jika kita termasuk yang seperti ini, berarti hati kita sedang rusak atau sakit,” kata Abdul Basith.

Sedangkan apabila hati seseorang hidup, jika sudah menjelang waktu sholat dan mendengar suara adzan di masjid selalu bersiap-siap untuk melaksanakan kewajibannya menunaikan sholat lima waktu. Sebab, sholat merupakan kewajiban umat muslim yang tidak bisa ditinggalkan.

“Untuk menjaga agar hati kita tetap hidup, sudah selayaknya kita selalu menanamkan dalam hati untuk tetap menjaga sholat lima waktu. Kemudian kita juga menanamkan dalam hati untuk mengqodo sholat yang sudah tertinggal selama ini,” ujarnya.

Dikatakan, ada beberapa hal yang merusak hati. Sebagai contoh, apabila berbuat dosa, tetapi tetap berangan-angan masuk surga. “Dan ini jelas-jelas mustahil terlaksana,” tambahnya.

Sebagai contoh, Guru Basith memberikan gambaran seseorang yang  berjualan memperoleh keuntungan Rp 100 ribu. Tapi setelah dihitung-hitung dengan pengeluaran dan operasional, sisa untung tinggal Rp 5 ribu.  Tapi berangan-angan membuat hotel tingkat tiga. Hal inilah jelas tidak bisa tercapai.

Dijelaskan, jika ingin bertemu dengan Allah bergembira kelak, harus menjaga sholat lima waktu. Kemudian selalu bertobat saat menjalankan dosa serta istiqomah melaksanakan perintah Allah SWT. (*)

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.